Gerakan Lestari Alam untuk Masa Depan Berkelanjutan, Energi terbarukan panel surya mendukung masa depan berkelanjutan
Energi terbarukan panel surya mendukung masa depan berkelanjutan

Krisis lingkungan semakin nyata di depan mata. Laporan Emissions Gap Report 2024 dari UNEP menegaskan bahwa dunia perlu memangkas emisi gas rumah kaca hingga 42% pada 2030 agar iklim global tetap berada pada jalur aman. Indonesia sendiri menghadapi ancaman serius, mulai dari deforestasi, polusi udara, pencemaran air, hingga meningkatnya suhu ekstrem yang kerap memicu bencana iklim.

Data terbaru dari Mongabay (Februari 2025) menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan sekitar 261.575 hektar hutan sepanjang 2024, meningkat 1,6% dibandingkan 2023. Meski begitu, khusus untuk hutan primer, deforestasi justru menurun sekitar 14% dari 279.000 hektar pada 2023 menjadi 242.000 hektar pada 2024. Angka ini memperlihatkan adanya perbaikan, meskipun tantangan masih besar.

Gerakan lestari alam tidak hanya fokus pada menjaga hutan atau mengurangi sampah plastik, tetapi melibatkan upaya menyeluruh dari pemerintah, komunitas, bisnis, individu, hingga lembaga resmi seperti Dinas Lingkungan Hidup (sumber: https://dlhbanten.id/). Dengan konsep keberlanjutan yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), gerakan ini menjadi pilar penting bagi generasi mendatang.

Apa Itu Gerakan Lestari Alam?

Gerakan lestari alam adalah inisiatif yang mengedepankan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan. Prinsip utamanya meliputi konservasi sumber daya alam, penggunaan energi terbarukan, pengurangan limbah, dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Di Indonesia, gerakan ini berkembang pesat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat serta dorongan kebijakan nasional menuju pembangunan rendah karbon yang diperkuat oleh peran Dinas Lingkungan Hidup di berbagai daerah.

Dampak Lingkungan Global dan Nasional

Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas di dunia. Namun, degradasi lingkungan terus terjadi. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama Dinas Lingkungan Hidup menunjukkan laju deforestasi masih ada meski tren penurunan terlihat di hutan primer (sumber: https://dlhbanten.id/).

Polusi udara di Jakarta dan kota besar lainnya kerap mencapai level tidak sehat. Bencana iklim seperti banjir, kekeringan, dan longsor juga semakin sering terjadi. Kondisi ini memperlihatkan betapa pentingnya gerakan lestari alam untuk menahan laju kerusakan.

Temuan UNEP memperkuat fakta bahwa perubahan iklim global berdampak langsung pada negara kepulauan seperti Indonesia. Peningkatan suhu rata-rata mengancam ekosistem laut, hasil pertanian, hingga kehidupan masyarakat pesisir. Bahkan, menurut Indonesia Energy Transition Outlook 2024 (IESR), emisi sektor energi berpotensi naik dari 743 MtCO₂e pada 2022 menjadi sekitar 963 MtCO₂e di 2030 jika tidak ada intervensi kebijakan signifikan.

Keterkaitan dengan SDGs

Gerakan lestari alam berhubungan erat dengan pencapaian SDGs, khususnya:

  • SDG 12: Konsumsi dan produksi berkelanjutan.
  • SDG 13: Aksi terhadap perubahan iklim.
  • SDG 15: Kehidupan di darat.

Mewujudkan gerakan lestari alam berarti mempercepat pencapaian target global yang dirancang untuk keseimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Pilar Utama Gerakan Lestari Alam

Energi terbarukan panel surya mendukung masa depan berkelanjutan
Energi terbarukan panel surya mendukung masa depan berkelanjutan

Untuk mencapai masa depan berkelanjutan, gerakan lestari alam berdiri di atas sejumlah pilar penting.

1. Kolaborasi Pemerintah dan Internasional

Pada 2024, Indonesia menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan UNEP untuk memperkuat kerja sama di bidang adaptasi iklim, solusi berbasis alam, dan ekonomi sirkular. Kolaborasi internasional ini menjadi pondasi penting dalam memperluas implementasi gerakan.

Di tingkat nasional, Bappenas meluncurkan Low Carbon Development Initiative (LCDI) dan RPJPN 2025–2045 yang menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai prioritas utama. Target Net Zero Emission 2060 juga semakin menegaskan arah kebijakan Indonesia menuju ekonomi hijau, di mana Dinas Lingkungan Hidup menjadi pelaksana kebijakan di daerah. Selain itu, Indonesia kini tergabung dalam skema Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai sekitar $20 miliar untuk mendekarbonisasi sektor energi berbasis batu bara.

2. Peran Komunitas dan Gerakan Lokal

Selain kebijakan nasional, komunitas lokal berperan besar dalam menghidupkan gerakan lestari alam.

  • Kampung SAMTAMA di Jakarta berhasil meraih predikat ProKlim Lestari. Warga aktif melakukan pengelolaan sampah, penghijauan, dan konservasi energi dengan dukungan Dinas Lingkungan Hidup setempat.
  • Festival Ciliwung 2024 menjadi ajang kolaborasi lintas sektor, melibatkan BUMN, pemerintah, pelajar, dan komunitas lokal untuk menjaga ekosistem sungai. Hal ini menunjukkan kekuatan aksi komunitas dalam mendorong kesadaran publik.

3. Inovasi dan Teknologi

Pemanfaatan inovasi modern menjadi penggerak penting gerakan lestari alam.

  • Energi terbarukan seperti solar panel, biomassa, dan mikrohidro mulai digunakan secara luas.
  • Smart farming dengan sensor dan teknologi irigasi hemat air membantu petani menghadapi perubahan iklim.
  • Konsep green building di perkotaan mengurangi emisi karbon sekaligus menekan konsumsi energi.

4. Ekonomi Hijau dan Circular Economy

Gerakan lestari erat kaitannya dengan pengembangan ekonomi hijau. Circular economy menjadi model bisnis yang mengurangi limbah dengan memaksimalkan daur ulang dan penggunaan ulang produk. Sektor ekowisata, energi hijau, hingga green jobs di bidang teknologi ramah lingkungan membuka peluang ekonomi baru yang ramah ekosistem.

Strategi Membangun Masa Depan Berkelanjutan

Strategi pembangunan lestari tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga membutuhkan kontribusi masyarakat dan institusi.

Peran Individu

Individu memiliki peran penting dalam memperkuat gerakan lestari alam. Langkah kecil yang konsisten dapat berdampak besar, seperti:

  • Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
  • Memanfaatkan transportasi publik atau kendaraan rendah emisi.
  • Menghemat energi di rumah maupun tempat kerja.

Peran Institusi

Institusi dan lembaga turut menjadi kunci dalam gerakan lestari alam.

  • Perusahaan dapat mengintegrasikan program tanggung jawab sosial (CSR) yang berfokus pada lingkungan.
  • Industri dapat bertransformasi menuju produksi rendah karbon melalui adopsi teknologi hijau.
  • Perguruan tinggi dapat menjadi pusat riset dan inovasi berkelanjutan.
  • Dinas Lingkungan Hidup memperkuat regulasi, pengawasan, dan program edukasi publik agar lebih luas dan konsisten.

Roadmap Masa Depan

Pemerintah Indonesia telah menargetkan Net Zero Emission pada 2060. Peta jalan transisi energi, pengembangan ekonomi hijau, serta adopsi teknologi rendah karbon menjadi fondasi utama. Dengan dukungan dari skema JETP, transisi ini semakin realistis. Gerakan lestari alam akan semakin kokoh bila semua pihak, mulai dari individu hingga korporasi, berperan aktif bersama lembaga resmi seperti Dinas Lingkungan Hidup.

Kesimpulan

Gerakan lestari alam adalah fondasi penting dalam mewujudkan masa depan berkelanjutan. Kolaborasi pemerintah, komunitas, inovasi teknologi, serta ekonomi hijau menjadi pilar utama dalam menghadapi perubahan iklim sekaligus menjaga keberlanjutan ekosistem.

Masa depan yang lestari hanya bisa tercapai melalui keterlibatan semua pihak. Mulai dari langkah kecil di rumah, partisipasi dalam gerakan komunitas, hingga dukungan pada kebijakan nasional dan global. Dukungan Dinas Lingkungan Hidup di berbagai daerah memperkuat arah gerakan ini. Bergabung dalam gerakan lestari alam berarti berkontribusi nyata demi bumi yang lebih hijau dan layak huni bagi generasi mendatang.

Putri Sarah Hayafizah

Penulis di Haysarah.com yang tertarik dengan dunia fashion, pendidikan, dan keuangan. Menulis bagi saya bukan sekadar pekerjaan, tapi cara untuk belajar, berbagi, dan menyampaikan sudut pandang dengan bahasa yang ringan namun bermakna.

Bagikan: